Suatu hubungan tanpa korelasi dan timbal balik adalah hal yang menjemukan. Jenuh, penuh tanda tanya yang mana tidak ada satupun hal yang menarik di situ. Apakah siap menghadapinya. Well, janji-janji palsu pertama kali terucap adalah, iya. Namun, seiring berjalannya waktu, segala sesuatu nampak membosankan dan menyebalkan. Apa yang semustinya di lakukan? atau DIA lakukan?. NOTHING. Iya, NOTHING. Karena berjalan dengan sendiri dan sendiri. AKU dan DIA sendiri. Tidak ada satu ikatan korelasi atau relevansi yang saling terkait. Loh, justru enak toh?. Tentu tidak untuk sebagaian perempuan. Mengapa?, karena sebagian dari perempuan tidak butuh waktu untuk merunutkan, menjabarkan, meninakbobokan atas sesuatu yang sedang berjalan. Kenapa di luar sana ada perempuan 'lain' yang lebih tegar, sabar dan ikhlas melakukan perbuatan 'sukarela' tersebut?. Setiap pribadi dan individu berbeda, tergantung jalan hidup masing-masing. Jika perempuan bermain sebagai gunung es. Jangan sembarangan, tidak adil memang. Namun, mereka bisa lebih angkuh dari gunung es. Ketika ego perlahan demi perlahan bertekuk lutut terhadap suatu objek yang bernama 'kesan pertama', mungkin mulut akan bullshit jadinya. Sesal yang di rasakan, mengapa sekarang terpaksa TERJEBAK dengan kesan yang telah di bangun oleh objek yang bernama kopi darat?. Apa semua relevansi, korelasi ini terjadi karena bullshit semata?. Atau sebagai manis-pahit perjalanan hidup?. Dengan getir sekarang perasaan ini tumbuh berkembang. Ketika mungkin tidak ada lagi pemanis kata-kata. Ketika egois sangat menang saat ini, tidak peduli untuk menjadi dewasa. Karena AKU masa bodoh dan senang melakukannya. Adakah satu titik kesalahan dan ucapan yang pernah terucap?. Oh tidak, tentu tidak. Karena sampai detik ini pun mungkin DIA tidak peduli?. Untuk apa sukarela memahami tanpa suatu korelasi?. Bukan saya yang mau NAMUN perasaan ini yang mau sukarela.
Pertanyaan terus berdatangan didalam diri ini, mau apa? kemana akan di bawa?. Setelah beberapa kali menyalahkan diri sendiri, pada akhirnya selalu begitu. Namun, sudahlah, berhenti sajalah menyalahkan diri sendiri, untuk apa?. Omong kosong semua perasaan meledak-ledak karena hanya nafsu pada awal cerita. Lucu, keadaan terbalik. Ketika IA memulai sesuatu dengan ceria, mencacatkan kesan CALMDOWN yang alami. Kini, bak menelan ludah sendiri, keadaan terbalik. SIAL, siapa yang pintar di sini? AKU atau DIA?. Apakah ini jebakan konyol yang tercipta dengan sengaja?. Ataukah AKU yang gagal?. Jadi, setelah terjadi, AKU merasa lelah dan capek untuk being nicely. Aku rasa sudah cukup, cukup sudah. Walaupun di hati berkata lain, lain di mata. Air mata mulai mengambil peran, sukses memerkosa tanggul yang sudah di bangun dengan kokoh. Namun, sebelum menangis secara gampangan. Ada satu dan dua hal yang begitu sesak dirasa. Siapa yang menarik dan tertarik?. Siapa yang gagal dan berhasil?. Dearest GOD, bagaimana jika AKU sudah tidak kuat lagi?. Aku tau ini hanya secuil masalah manusia yang tidak ada artinya jika dibandingkan dengan derita dunia yang sesungguhnya. Namun, derita yang menurutku menyakitkan adalah, hati dan perasaan. Nggak ada kan yang mau makan 'hati'. Karena itu menyakitkan. Tunggu, atau AKU yang terlalu melebih-lebihkan saja, mungkin?. Bodoh memang, kadang sesuatu yang dilebih-lebihkan membuat orang tersebut besar kepala dan merasa yakin. Padahal, itu hanya sekedar pelampiasan yang cukup melegakan. Cara lain yang lebih 'manis' selain menangis. Tapi, sungguh, Aku tidak, mungkin, kuat lagi. Oke, AKU merasa STUCK. STUCK yang tercipta secara natural.
Well, I'm done... good bye my dear....
But what if being nice always 'ghost' me all the time?.
Being nice jika tergantung waktu memang menyenangkan, entahlah beri AKU berfikir untuk itu semua....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar