Selasa, 09 Februari 2010

Saat cahaya harapan redup


Ya..ya... menyebalkan sekali emang, seperti layaknya drama queen. Ada saat hidup itu penuh tantangan, kadang senang dan sedih bla..bla.. terlalu malas untuk berpuitis-itis!. Oke, sekarang apa yang selama ini gw impikan kandas sudah. Gw kira hati, pikiran dan perasaan gw akan berlabuh di sana ternyata tidak. Kenyataan memang memaksakan gw untuk berdamai dengannya. Hhh.... padahal sudah lama bermimpi, bercita-cita ah sudahlah kalo memang begitu jalannya, gw kira seterusnya akan terus berjalan. Ternyata STOP sampe di sini, cahaya harapan yang redup entah apakah akan bersinar lagi. I'm sad, totally SAD!... :(

Kamis, 04 Februari 2010

dari hati yang terdalam saya kepingin nyobain ini..





skateboarding dan surfing...
kapan ya kira-kira?
ntarlah kalo udah punya doku sendiri.. :)

Ternyata menikah bukan perkara gampang

Tenyata...
menikah bukan perkara YES/NO aja.. tentunya, banyak pertimbangan yang harus dipkirkan. Booo, ini menyangkut masa depan gitu loh. Kenapa gw baru tersadar masalah ini. Oke, sebelumnya runutannya mungkin begini;

cowok/cewek single ---> ketemu pasangan ----> jadi temen dulu atau pacaran (masa pengenalan diri masing2 ke pasangan) -----> cocok---> menikah, THATS' IT!

simple thing? NO!. Dan ketika pernikahan itu mengikat, otomatis bagi yang sudah terikat akan berjanji, bersumpah sehidup-semati mencintai pasangan hidupnya, then, masalah selesai sudah? NO, absolutely NO!. Why?. Justru masalah yang sebenarnya datang sesudah pernikahan. Oke, masalah bisa datang kapan aja tapiiiiii.... sesudah pernikahan nga cuma perkara berhasil ngedapetin, memiliki seseorang yang kita cintai. Tapi masalah keuangan/finansial, kehidupan sehari-hari, behaviour yg ga keluar ketika masa pengenalan diri masing2 sampe soal seks (cough).

Semalen gw denger diskusi mengenai finasial di radio. Jadi ada pasangan muda yang baru menikah, mereka berasal dari keluarga mampu, comfort zone dong, ya kan? dan tiba-tiba pasangan ini dihadapkan dengan masalah finansial setelah menikah. Kenapa?, secara ekonomi gaji pasangan masing2 tergolong besar, kalo digabungin udah cukup untuk menghidupi 'keluarga kecil' mereka. Tapi, karena hutang kartu kredit, gaya hidup yang belum lepas dari 'comfort zone' sebelum menikah jadi kebawa ke kehidupan setelah pernikahan.
Masalahnya jadi rumit karena ternyata secara tabungan mereka nga punya, secara keuangan cash merekapun nga punya back up untuk penghidupan kedepan. Jadi keuangan berasal dari 'gesekan' kartu kredit. Secara finansial mereka 'miskin' karena nga pegang uang cash. I feel like a....... what??? gila, itu aja yang notabene mereka dua2nya kerja masih dihadapkan sama masalah keuangan. Gimana kalo si cewek ga kerja? berdoa yang kenceng supaya bisa dapet cowok yang kaya raya atau pengusaha, hahaha.... Sebenarnya sih bisa aja, kalo kita mau displin mengatur pengeluaran. Semua balik lagi ke pribadi masing2 dan tekad yang kuat untuk bisa mengubah diri sendiri. Tapi, prakteknya pasti ga gampang ya karena si comfort zone ini. Ga usah nyalahin comfort zone juga, tekad yang kuat untuk mengubah itu semua yang paling penting dan oiya, support dari pasanga!.


Sekarang coba gw maen kalkulasi asal-asalan, misal :
- si perempuan bekerja dengan penghasilan perbulan ; 3 juta
- suami bekerja (let say, udah 5 tahun bekerja) gaji ; 15-20 juta
Total : 18 Juta

pengeluaran, misal ;
- belanja bulanan, let say ; 300Rb
- belanja aksesoris suami-istri ( tas, sepatu, baju), let say ; 2 juta
- biaya ongkos/transport/bulan, let say ; 1 juta (x2)
- biaya makan sehari-hari/bulan, let say ; 500.000
- gaya hidup ; 1 juta
TOTAL pengeluaran/bulan = 5 - 7 juta
TOTAL gaji = 18 Juta
lebih/ sisa = 18-6 juta = 6 juta


dari kalkulasi asal-asalan gw, bisa disimpulkan biaya pengeluaran buat keluarga yang ngirit nih, atau tepatnya belum kegoda setan buat belanja yang lebih banyak, hehehe.... bisa ada sisa duit sih itupun kalo beruntung dapet suami yang gajinya gede (amiiiiiiiiiiiiin) kyk contoh di atas. Nah, yang gajinya pas-pasan? No comment deh gw. Jadi intinya, pernikahan itu ga gampang. Bukan perkara YES/NO doang. Tapi, kalopun kita sudah siap atau mantap secara lahir-batin, keuangan etc etc tentu ga masalah... kalo gitu gw juga siap (mungkin), itupun harus di dukung dengan aspek si calon suami yang plussssss plus pengertian, tanggung jawab, ngemong, bersikap dewasa dalam menghadapi masalah.


jadi calon suami itu syaratnya;

1. Agama ( pengetahuan agamanya luas, solat 5 waktu, rajin solat ke mesjid, dan rajin atau minimal melakukan ibadah sunnah dan wajib lainnya).
2. Mapan, ets JANGAN mikir gw matre dulu, masalahnya masa depan booooo, kalo punya anak duit keluar lebih banyak doooooong????. Mapan yang penting udah pekerjaan tetap, mantab, dengan gaji yang yahud! (maksudnya cukup membiaya kehidupan).
3. behaviournya baik, bagus, pengertian, dewasa dalam menghadapi masalah, tanggung jawab, setia, sayang etc etclaaaaaaaah....
cuma 3 aja kok persyaratannya, gampang kan? hehehehe.....



Senin, 01 Februari 2010

What if.....


sometimes I whispering, keep questioning myself..
sometimes I dare myself..
What if I....
wrong?
leave it?
stop?
ignore?

Maybe I just...
stuck for a moment...
wrong decision?
wrong impression?
choose wrong person?


Maybe...
someone better for me?
and I deserve..
yes, of course, I deserve better...


Should I..
continue?
stop?
try again?
skip?
cancel?
undo?
pause?


Only GOD know why and how...
amiiiiiiiiin....